Airmadidi. Merunut namanya, ‘airmadidi' berarti air mendidih. Nama yang
diberikan buat mata air panas berkhasiat membersihkan kulit. Sebuah
tempat legendaris dekat Tomohona --sekitar satu jam dari Manado, ibukota
provinsi Sulawesi Utara-- di mana pernah ada sembilan bidadari mandi
saat bulan purnama dan satu dari mereka kehilangan bajunya hingga tak
bisa pulang ke kayangan -mengingatkan
saya pada legenda Nawangwulan dan
Jaka Tarub dalam khazanah folklore Jawa.
Tapi ketertarikan saya
di sini bukan bidadarinya, justru makam zaman kunonya. Tepatnya
berlokasi di kawasan Airmadidi Bawah. Di tempat ini terdapat kompleks
pemakaman pre-Christian atau masa sebelum Kristen masuk ke Manado, yang
disebut waruga.
Berupa peti-peti kubur yang terbuat dari batu dan
tidak ditanam dalam tanah, tapi diletakkan di atas tanah lapang.
Bentuknya bisa persegi panjang atau kubus, dengan ketinggian berkisar
150 cm di atas tanah. Pada bagian atapnya dipahat aneka ragam hias yang
menggambarkan wajah pria, dewa-dewa maupun atap rumah.
Menurut
kepercayaan setempat di masa itu, orang wafat harus ‘dipulangkan' ke
alam baka sebagaimana posisinya dalam rahim. Hingga mereka tidak
berbaring telentang, tapi dibuat dalam kondisi seperti janin, yaitu
meringkuk atau disebut foetal position.
Urut-urutannya, jenazah
disucikan dan diberi mantra serta sesaji. Lantas diarak keliling desa
sebanyak tiga kali yang melambangkan perpisahannya dengan dunia fana,
lalu posisinya dibuat seperti janin dan dimasukkan ke dalam waruga
beserta barang-barang pendamping kesehariannya. Seperti senjata
tradisional atau peranti kerjanya. Juga disertakan emas dan berbagai
perhiasan yang dipercaya tetap akan ia gunakan di alam baru nanti.
Masyakarat
kawasan ini senantiasa menggunakan waruga sebagai sarana pemakaman
sanak keluarga mereka sampai sekitar abad ke-17. Baru berakhir ketika
pemerintah Hindia Belanda melakukan larangan pemakaian makam waruga
ketika terjangkit wabah penyakit, yang diduga kaum penjajah endeminya
berasal dari jasad yang tidak dikubur dalam tanah.
Minggu, 29 April 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar