Diadaptasi dari: Hazrat Inayat Khan
Pernahkah anda mendengar istilah Alkemi? Alkemi dikenal sebagai
sebuah ilmu yang mampu mengubah besi menjadi emas. Dalam banyak kisah,
beberapa orang menganggapnya sebagai sebuah sihir belaka, tetapi yang
lain percaya bahwa ilmu itu benar-benar ada. Dan, siapa yang tak
tergiur untuk bisa menguasai ilmu alkemi? Hanya dengan kemampuan
alkemi, ia bisa mengubah besi menjadi emas dan
tentu menjadi kaya-raya.
Alkisah, di sebuah negara di Timur ada seorang Raja yang hendak
mencari orang yang benar-benar mengerti tentang alkemi. Sudah banyak
orang datang pada Raja, tetapi ketika diuji, mereka ternyata tidak
mampu mengubah besi menjadi emas.
Suatu ketika seorang menteri berkata pada Raja bahwa di sebuah desa
terdapat seseorang yang hidup sederhana dan bersahaja. Orang-orang di
sana mengatakan bahwa ia menguasai ilmu alkemi. Segera saja Raja
mengirimkan utusan untuk memanggil orang itu. Sesampainya di istana,
Raja mengutarakan maksudnya ingin mempelajari ilmu alkemi. Raja akan
memberikan apa yang diminta oleh orang itu. Tetapi apa jawab orang desa
itu, “Tidak. Saya tidak mengetahui sedikit pun ilmu yang Baginda
maksudkan.”
Raja berkata, “Setiap orang memberitahu aku bahwa engkau mengetahui ilmu itu.”
“Tidak, Baginda,” jawabnya bersikeras. “Baginda mendapatkan orang yang keliru.”
Raja mulai murka dan mengancam. “Dengarkan baik-baik!” kata Raja.
“Bila kau tak mau mengajariku ilmu itu, aku akan memenjarakanmu seumur
hidup.”
“Apa pun yang Baginda hendak lakukan, lakukanlah. Baginda mendapatkan orang yang keliru”
“Baiklah. Aku memberimu waktu enam minggu untuk memikirkannya. Dan,
selama itu kau akan dipenjara. Jika pada akhir minggu ke enam kau masih
berkeras hati, aku akan memenggal kepalamu.”
Akhirnya orang itu dimasukkan ke dalam penjara. Setiap pagi Raja
datang ke penjara dan bertanya, “Apakah kau telah berubah pikiran?
Maukah kau mengajariku alkemi? Kematianmu sudah dekat, berhati-hatilah.
Ajari aku pengetahuan itu.”
Orang itu selalu menjawab, “Tidak Baginda. Carilah orang lain. Carilah orang lain yang memiliki apa yang Baginda inginkan, saya
bukanlah orang yang Baginda cari.”
Setiap malam ada seorang pelayan yang melayani orang itu dalam penjara.
Pelayan itu berkata bahwa Raja mengirimnya untuk melayani orang itu
sebaik-baiknya. Pelayan itu menyapu lantai serta membersihkan ruangan
penjara itu. Pelayan itu juga selalu mengantarkan makanan dan minuman
untuk orang itu, memberikan simpati kepadanya, melakukan apa saja yang
diminta oleh orang itu, dan bekerja apa saja selayaknya seorang
pelayan. Pelayan itu selalu menanyakan, “Apakah anda sakit? Apakah ada
sesuatu yang dapat saya lakukan untuk anda? Apakah anda lelah? Bolehkah
saya membersihkan tempat tidur anda? Maukah anda bila saya mengipasi
anda hingga anda tertidur, udara di sini panas sekali.” Dan, segala
sesuatu yang bisa pelayan itu lakukan, maka ia lakukan saat itu juga.
Hari terus belalu. Dan, kini tinggal satu hari lagi sebelum kepala orang itu dipenggal. Pagi hari Raja mengunjungi dan
berkata, “Waktumu tinggal sehari.
Ini kesempatan bagimu untuk menyelamatkan nyawamu sendiri.”
Tetapi orang itu tetap saja berkata, “Tidak Baginda. Yang Baginda cari bukanlah hamba.”
Pada malam hari, sebagaimana biasa pelayan itu datang. Orang itu
memanggil pelayan itu untuk duduk dekat dirinya kemudian diletakkan
tangannya di bahu pelayan itu dan berkata, “Wahai orang yang malang.
Wahai pelayan yang malang. Engkau telah berlaku sunguh baik terhadap
diriku. Kini aku akan membisikkan di telingamu sebuah kata tentang
alkemi. Sebuah kata yang akan membuatmu mampu mengubah besi menjadi
emas.”
Pelayan itu berkata, “Aku tak tahu apa yang kau maksudkan dengan alkemi.
Saya hanya ingin melayani anda. Saya sungguh sedih bahwa besok anda
akan dihukum mati. Itu sungguh mengoyak hatiku. Saya harap saya bisa
memberikan jiwa saya untuk menyelamatkan anda. Seandainya saya bisa,
sungguh saya sangat bersyukur.”
Sang alkemi menjawab, “Lebih baik aku mati daripada memberikan ilmu
alkemi ini kepada orang yang tidak layak menerimanya. Ilmu yang baru
saja aku berikan kepadamu dalam simpati, dalam penghargaan, dan dalam
cinta, tak akan kuberikan kepada Raja yang akan mengambil nyawaku
besok. Mengapa demikian?
Karena engkau pantas menerimanya, sedangkan Raja itu tidak.”
Esok harinya, Raja memanggil sang alkemi dan memberikan peringatan terakhir.
“Ini adalah kesempatan terakhirmu. Kau harus mengajariku ilmu alkemi, bila tidak lehermu harus dipenggal.”
Sang alkemi menjawab, “Tidak Baginda, anda mendapatkan orang yang keliru.”
Raja pun, “Baiklah. Aku putuskan kau untuk bebas, karena kau telah memberikan alkemi itu padaku.”
Sang alkemi keheranan, “Kepadamu? Saya tidak memberikannya pada Baginda Raja. Saya telah memberikannya pada seorang pelayan.”
“Tahukah kau, bahwa orang yang melayanimu setiap malam adalah aku,” jawab sang Raja.
Renungan Editor: Banyak orang menginginkan emas dalam hidupnya
dengan mempelajari alkemi. Tetapi saat ia mencapai tujuannya, bukan
emas yang ia temukan, justru ia sendiri menjadi emas itu.
Kamis, 26 April 2012
Posts by : Admin
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar